Saturday, January 26, 2013

Selayang Pandang Romanisti Indonesia

Kata Romanisti Indonesia ( RI ) berarti kumpulan para pencinta klub AS Roma di Indonesia.

Romanisti Indonesia adalah komunitas non-profit yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 2005.

Romanisti Indonesia lahir dimasa klub-klub seperti Ac Milan dan Juventus menguasai ajang Liga Calcio, dimana sebagai efek dari prestasinya, kedua klub tersebut meraih perhatian lebih besar dari media-media Indonesia dan tentu saja meraup jumlah penggemar yang bisa dibilang fantastis di Indonesia.

Di lain pihak Kasus batalnya pembelian AS Roma oleh Nafta Moscow di awal 2004 yang diselimuti oleh kabut konspirasi yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang disinyalir tidak ingin melihat bangkitnya AS Roma, justru membangkitkan semangat sang pendiri Romanisti Indonesia untuk menunjukkan kepada masyarakat Indonesia bahwa sebenarnya ada sebuah klub di Liga Calcio yang benar - benar berjuang dengan keringat mereka sendiri meskipun acap kali dijadikan korban oleh tangan-tangan kotor percaturan politik italia dan mafia pertandingan di ajang Liga Calcio. Dan klub tersebut adalah AS Roma.

Diawal kelahirannya, Romanisti Indonesia tampil sebagai media penyampai berita dari klub AS Roma dan Liga Calcio secara keseluruhan, dimana berita-beritanya diambil langsung dari media - media italia, dan diterjemahkan dan ditulis dengan narasi khas seorang Romanisti sejati.

Dengan segala keterbatasannya untuk mengakses sumber-sumber informasi selengkap dan se-uptodate mungkin, pendiri Romanisti Indonesia tetap berusaha untuk terus menghadirkan berita-berita ter up to date tentang AS Roma dalam headline Romanisti Indonesia

Berbekal dengan niat tulus ikhlas, semangat pantang meyerah dan dukungan moral dari para member senior RI, sedikit demi sedikit Romanisti Indonesia berkembang dan tumbuh menjadi salah satu fansclub paling populer dan disegani di Indonesia.

Sebagai bagian dari proses penyempurnaan diri pada Komunitas Romanisti Indonesia, akhirnya kami merubah image diri dari sebuah media informasi dan berita menjadi sebuah komunitas yang lebih mengutamakan komunikasi dan interaksi dari setiap membernya.

Disamping itu, dengan tujuan agar Romanisti Indonesia tidak terjerumus ke dalam pola sentralistis yang selama ini digunakan fansclub lain,  akhirnya di awal 2007 pendiri dan tim koordinator Komunitas Romanisti Indonesia mendeklarasikan diri sebagai komunitas yang bersifat desentralistik, yang maksudnya, Komunitas Romanisti Indonesia tidak terpaku pada pola pusat dan daerah yang sering mengutamakan member atau kumpulan member di kota besar terutama Jakarta sementara sebaliknya tidak begitu memperhatikan kepentingan - kepentingan member dari daerah lain. Namun sebagai sebuah komunitas besar, tentu saja wewenang untuk pengambilan kebijakan yang bersifat prinsipil dan berpengaruh pada komunitas secara keseluruhan tetap dipegang oleh pendiri dan tim koordinator.

Hasilnya, dalam waktu singkat muncullah konsentrasi member Komunitas Romanisti Indonesia di berbagai daerah di Indonesia, tercatat hingga saat ini Komunitas Romanisti Indonesia telah berdiri dan aktif di kota-kota besar di Indonesia, seperti Pekan Baru, Bandung, Jakarta ( Jabodetabek ), Jogja, Semarang, Surabaya, Malang dan segera menyusul kota - kota lainnya seperti Medan, Padang, Lampung, Solo dan beberapa kota lainnya yang tengah mempersiapkan diri.

Bersamaan dengan itu kegiatan - kegiatan offline dari member pun semakin menggeliat. Dimulai dari kegiatan latihan futsal bersama sampai menghadiri undangan - undangan dari komunitas lain hingga menghadiri acara on air seperti nonton bareng dan syuting di studio televisi-televisi swasta nasional.

Beruntung sekali, skandal Calciopoli di 2006 lalu membuka borok klub-klub yang selama ini menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan di ajang Liga Calcio, dan secara otomatis menghadiahi AS Roma dengan tiket otomatis dalam ajang Liga Champions 2006/2007.

Hal tersebut disamping membuka mata dunia tentang masing-masing klub Seri A, juga membantu sekali bagi Romanisti Indonesia untuk menyebarkan kecintaan pada klub AS Roma di tanah Indonesia.

Semenjak kasus itu bergulir, Jumlah member dari Komunitas Romanisti Indonesia terus berkembang dan saat ini telah mencapai 4200 orang lebih, sementara apresiasi dari media dan masyarakat umum terhadap Komunitas Romanisti Indonesia dan AS Roma juga semakin menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.

Terbukti, semenjak musim kompetisi 2007/2008 hingga sekarang, Romanisti Indonesia dirangkul oleh Trans7, sebuah televisi swasta nasional yang menyiarkan siaran Liga Calcio sebagai fansclub referensi untuk klub AS Roma dalam setiap kegiatan On Air dan Off Air mereka.

Selain itu, Romanisti Indonesia juga mulai mendapatkan sambutan dan dukungan dari media massa baik itu cetak maupun elektronik, tidak hanya media nasional, tapi juga media-media lokal di penjuru tanah air.

Forza AS Roma, Viva Romanisti Indonesia

On Behalf RI Community

eLCapitano Romanisti Indonesia

Tuesday, January 1, 2013

Miralem Pjanic



Sebagai pengidola Miralem Pjanic, mau ngeshare asal mula iya lahir di muka bumi ini, hingga menjadi salah satu pasukan srigala ibukota. dan yang perlu di inget nama keren gw ga jauh sama my idola.. wiralem (Dwira Saputra) sory walaupun aga maksa dikit..hehe 
 


Miralem Pjanic (lahir 2 April 1990) adalah pesepak bola Bosnia yang bermain untuk klub Italia AS Roma di Serie A. Dia bermain sebagai gelandang serang dan telah digambarkan sebagai “Playmaker dengan kualitas teknis tinggi “.

Pjanic mengembangkan minat dalam sepak bola melalui ayahnya, seorang mantan pemain sepak bola divisi ketiga di SFR Yugoslavia, dan memulai karir sepak bolanya di Luksemburg setelah kedatangan keluarganya ke negara itu tak lama sebelum pecahnya perang di Bosnia. Pada tahun 2004, Pjanic bergabung dengan klub Prancis Fc Metz dan melakukan debut di musim 2007 – 2008 pada usia 17. Setelah melewati musim yang Gemilang bersama Fc Metz, ia bergabung dengan Olympique Lyonnais pada bulan Juni 2008 dengan durasi kontrak lima tahun. Bersama Lyon, Pjanic berhasil ke Liga Champions Eropa dan melakukan debut di tahun 2008, dan di di musim berikutnya berhasil membantu klub mencapai semi-final.
Pjanic sebelumnya pemain nasional Luksemburg dan mewakili tim nasional U-17 dan U-19. Ia bermain di Piala Eropa U-17 tahun 2006 dan mencetak gol tunggal Luksemburg di kompetisi tersebut. Pada tahun 2008, Pjanic memilih untuk mengejar karir internasional senior dengan negara kelahirannya Bosnia, dan melakukan debut pada Agustus 2008. Ia mencetak gol internasional pertamanya dua tahun kemudian pada Maret 2010 saat melawan Ghana.

Kehidupan dan awal karir

Pjanic lahir di kota Tuzla di Bosnia dan Herzegovina, yang merupakan bagian dari SFR Yugoslavia . Tak lama sebelum pecahnya perang di Bosnia , Pjanic kecil dan keluarganya, yang terdiri dari ayah (Fahrudin) , ibu (Fatima), saudara (Mirza), dan adik (Emina), beremigrasi melalui Jerman menuju Luksemburg setelah ayahnya diterima tawaran bermain sepak bola semi-profesional untuk klub di Divisi III Luksemburg.
Di Luksemburg Pjanic sering menghadiri sesi pelatihan dan pertandingan dengan ayahnya. Pada usia tujuh tahun, ayahnya menemukan bahwa ia memiliki bakat dan minat dalam sepak bola dan membiarkan anaknya untuk bergabung dengan klub lokal FC Schifflange 95 di Schifflange. saat berada di Schifflange, Pjanic menarik minat dari beberapa klub belgia, jerman dan belanda, tetapi Pjanic setuju untuk bergabung dengan Fc Metz di Perancis. Metz  menemukan pemain melalui mantan pemainnya yang juga pemain internasional Luksemburg Guy Hellers. Meskipun menarik minat dari klub-klub yang lebih mapan, keluarga Pjanic yang menginginkan anak itu untuk pindah ke Metz karena dekat dengan keluarganya di Luksemburg dan reputasi klub yang sangat baik untuk memproduksi bakat pemuda.

Pjanic bergabung dengan Metz pada usia 14 dan menghabiskan sekitar tiga tahun di akademi klub. Pada musim 2005-06, ia bermain di tim U-16 yang memenangkan Championnat Nasional des 16 oz. Setelah menghabiskan musim 2006-07 dengan tim U-18 Fc Metz, Pjanic dipromosikan ke tim amatir klub untuk musim 2007 – 2008 . Ia tampil dalam dua pertandingan pertamanya sebelum mendapatkan panggilan ke tim senior dengan manajer Francis De Taddeo. Pjanic membuat debut sepak bola profesionalnya, pada usia 17, pada tanggal 18 Agustus 2007 di pertandingan liga melawan PSG. Ia tampil sebagai pemain pengganti dalam pertandingan yang berakhir imbang 0-0. Minggu berikutnya, ia menjadi Starter saat timnya menderita kekalahan 2-0 dari Rennes.

Setelah serangkaian penampilannya, pada tanggal 30 November 2007, Pjanic menandatangani kontrak profesional pertama dengan durasi kontrak selama tiga tahun, Setelah menjadi pemain profesional, ia mengenakan nomor punggung 15. Pjanic mencetak gol profesional pertamanya untuk Metz pada 15 Desember 2007 saat timnya kalah 2-1 melawan Sochaux melalui tendangan pinalti pada menit 88, sehingga menjadikannya salah satu pemain termuda yang mencetak gol dalam sejarah Ligue 1. Secara total, Pjanic membuat 38 penampilan dan mencetak 4 gol dengan Metz. Atas usahanya tersebut, ia dinominasikan untuk pemain muda terbaik ligue 1 pada musim itu. Walaupun akhirnya penghargaan tersebut dimenangkan oleh Hatem Ben Arfa.

Walaupun Pjanic bermain gemilang sepanjang musim, namun tetap tidak bisa membantu Fc Metz menghindari jurang degradasi. terdegradasinya Fc Metz menimbulkan spekulasi di mana bintang muda tersebut akan bermain pada musim berikutnya. Pjanic pun dikaitkan dengan sejumlah klub besar seperti, Arsenal, Chelsea, Real Madrid, Barcelona, Ac Milan dan Intermilan namun akhirnya Olympic Lyon lah yang berhasil mendapatkan jasanya.

Pada tanggal 6 Juni 2008, Pjanic dan Metz mencapai kesepakatan dengan Lyon untuk transfer pemain. Pjanic menyetujui kontrak lima tahun, dengan biaya transfer € 7.500.000 plus bonus. Pada saat penandatanganan kontrak dengan klub, Pjanic menyatakan, “Saya senang dengan transfer ini dan sangat senang telah datang ke sebuah klub besar seperti Lyon. Saya di sini untuk memenangkan piala dan tidak merasa menyesal telah menolak tawaran klub – klub besar yang lain karna berada di sini di Lyon Gerland aku akan bermain di liga champions musim depan. “

Pjanic disebut sebagai pengganti Juninho yang sudah mulai termakan usia , Pjanic awalnya diberi nomor punggung12, tapi beralih ke nomor punggung 18 saat Pramusim dan melakukan debut pertandingan resminya bersama Lyon saat berhadapan dengan bordeaux pada pertandingan Des Champion Tropy. Dia melakukan debut liga pada pertandingan pembukaan liga melawan Toulouse . Musim pertama Pjanic dengan Lyon dipotong setengah musim karena cidera tulang betis dalam pertandingan melawan Sochaux pada Oktober 2008. Meskipun awalnya didiagnosa hanya sebulan, namun kenyataannya dia melewatkan dua bulan dan kembali bermain pada tanggal 3 Januari 2009 melawan klub amatir AS Concarneaudan bermain selama 66 menit.

Untuk musim 2009 – 2010 , Pjanic beralih ke nomor punggung 8 yang sebelumnya dipakai oleh pendahulunya  Juninho. Ia memulai musim dengan fantastik saat mencetak gol pertamanya untuk Lyon melalui tendangan bebas di babak playoff Liga Champions melawan Anderlecht. Lyon pun memenangkan pertandingan dengan skor  5-1. Beberapa hari kemudian, ia mencetak gol pertama di liga untuk Lyon, di mana timnya menang 3-0 atas Auxerre. Pjanic terus bermain gemilang di Liga Champions dengan mencetak gol di babak pembuka penyisihan grup  melawan klub Italia Fiorentina. Di pertandingan kedua  melawan klub Hungaria Debreceni, dia kembali mencetak gol melalui tendangan bebas, dan mencetak dua gol lainnya untuk memberikan kemenangan 4-0. Pada tanggal 10 Maret 2010, Pjanic mencetak gol penyama Lyon saat bermain imbang 1-1 dengan klub Real Madrid di leg kedua sistem gugur Liga Champions . Hasil imbang itu membawa Lyon lolos ke perempatfinal karena menang 1-0 di leg pertama.
Pada musim 2010 – 2011 Pjanic mulai kehilangan tempat setelah kedatangan Johan Gourcuff, Pada tanggal 31 Agustus 2011, Pjanic setuju menandatangani kontrak empat tahun dengan klub Italia AS Roma dengan biaya senilai € 11 juta. Dia mencetak gol pertamanya untuk Roma saat melawan Lecce. Dia kembali mencetak gol dalam kemenangan 5-1 atas Cesena. Dan dia mencetak gol ketiganya untuk Roma melawan Bologna saat bermain imbang 1-1.

Karir Internasional

Karena menghabiskan awal remaja di Luksemburg, Pjanic pun memenuhi syarat untuk membela Tim Nasional mereka. Dia mewakili Luxemburg di Kejuaraan eropa U-17 pada tahun 2006 di mana Luksemburg lah yang menjadi tuan rumah, Dia menjadi pencetak gol tunggal Luksemburg pada turnamen tersebut. Pada tahun yang sama, dia mencetak 4 gol dalam pertandingan melawan Belgia, yang berakhir imbang 5-5.

Pjanic membuat keputusan mengenai status tim nasionalnya, Pjanic yang berhak untuk mewakili Luksemburg dan Bosnia-Herzegovina memutuskan untuk membela Tim Nasional Bosnia-Herzegovina.

Dalam sebuah wawancara untuk koran Bosnia, Pjanic bersikeras bahwa ia hanya ingin bermain untuk Bosnia-Herzegovina. Akhirnya, petinggi FA Bosnia memanggil Pjanic untuk memperkuat Tim Nasional U-21 Bosnia. Namun , karena Pjanic tidak lagi memiliki paspor Bosnia dan membutuhkan persetujuan FIFA untuk beralih kewarganegaraan, dia tidak diizinkan untuk memperkuat tim senior. Sebuah cobaan yang berlangsung selama 8 bulan di tengah sorotan media yang besar. Akhirnya, setelah keterlibatan presiden Bosnia-Herzegovina Zeljko Komsic, Pjanic akhirnya menerima paspor Bosnia pada awal 2008.

Pjanic melakukan debut pada 20 Agustus 2008 saat bosnia mengalami kekalahan 2-1  dari Bulgaria. Pada tanggal 3 Maret 2010, ia mencetak gol internasional pertamanya untuk Bosnia-Herzegovina saat melawan Ghana.